Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Teknologi Sirekap KPU Permudah Perhitungan Cepat Pemilu

Pemanfaatan teknologi Sirekap KPU pada Pemilu 2024 menuai perhatian karena masih memiliki kekurangan yang menciptakan perbedaan pandangan di masyarakat. Teknologi ini dibuat untuk mempermudah rekapitulasi suara dari seluruh daerah Indonesia.

Sirekap merupakan singkatan dari Sistem Informasi Rekapitulasi yang tujuan utamanya untuk membuat kerja KPU jadi lebih praktis. Namun, ada fakta menarik terkait pemanfaatan alat ini yang akan kami bahas tuntas melalui penjelasan berikut!

teknologi Sirekap KPU

Teknologi Sirekap KPU yang Mempermudah Perhitungan

Untuk pertama kali teknologi Sirekap ini diperkenalkan pada 2024 dengan kemampuan mengenali tanda optis berikut karakter optis. Alat ini bisa mengenali tulisan tangan pada kertas C1 plano dan dapat mengubahnya menjadi angka numerik pada aplikasi.

Inisiasi alat ini karena pada Pemilu sebelumnya ada alat bernama Situng yang memperlihatkan rekapitulasi berbentuk tulisan tangan. Sekarang rekapitulasinya sudah berupa data numerik, bukan tulisan tangan dari foto para petugas KPPS lagi.

Alat rekapitulasi ini baru digunakan pertama kali sehingga kemungkinan kelirunya masih besar. Tulisan tangan petugas KPPS juga turut menentukan ketepatan alat dalam membaca hasil pemungutan suara, di mana angka 1 tidak bisa diubah menjadi angka 7, dsb.

Pada setiap TPS atau tempat pemungutan suara, ada setidaknya 2 KPPS yang bertindak selaku admin. Seyogyanya teknologi Sirekap KPU membuat kerja KPU lebih praktis dan transparansi data bisa didapatkan secara mudah oleh semua orang tanpa terkecuali. 

Namun, polemik kesalahan teknis masih terjadi dan harus menjadi evaluasi ke depannya sehingga Sirekap bisa lebih efisien dan efektif. Jika aplikasi lebih efektif maka ke depannya pemanfaatan waktu dan tenaga dari berbagai pihak jadi lebih hemat.

Ketahui Cara Kerja Sirekap KPU

Menjadi sebuah harapan untuk kerja lebih efektif dan efisien, rekapitulasi suara sementara bisa didapatkan dalam waktu singkat. Berikut adalah cara kerja aplikasi pemungutan suara dari setiap daerah ini:

1. Petugas KPPS dari setiap daerah atau TPS melakukan perhitungan suara dan merekap hasilnya dalam kertas C1 Plano.

2. Masuk ke penggunaan teknologi Sirekap KPU dengan login menggunakan akun yang sudah terdaftar dan berizin.

3. Hasil rekapitulasi dari kertas C1 plano tersebut difoto dan diunggah ke apk.

4. Secara otomatis apk akan melakukan konversi tulisan dalam kertas menjadi data digital tanpa perlu petugas KPPS menulis ulang terlebih dahulu.

5. Petugas KPPS harus memastikan input data dengan benar dan setelah itu melaporkan hasil rekapitulasi ke KPU.

6. Jika terdapat kekeliruan maka wajib diperbaiki sesuai jumlah suara pada kertas C1 plano.

Setelah memastikan data diinput dengan benar, baru hasil rekapitulasi tersebut bisa dan harus dipublikasikan ke masyarakat. Masyarakat umum bisa lebih mudah mendapatkan informasi secepat dan setepat mungkin melalui koneksi internet.

Pemanfaatan teknologi Sirekap KPU ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik pengembang aplikasinya juga petugas KPPS. Pengembang harus terlebih dahulu melakukan uji coba agar memastikan data numerik sesuai dengan foto di kertas.

Sementara itu petugas KPPS harus menuliskan hasil pemungutan suara dengan benar supaya menghindari kesalahan baca dari alatnya. Ketika semua pihak menjalankan fungsi dengan baik maka tujuan pelaksanaan Pemilu yang praktis akan tercapai.

Kekurangan yang Harus Diperbaiki

Dibuat untuk mempermudah kerja KPU dan KPPS, namun faktanya masih ada kekurangan yang menjadi PR pengembang. Apalagi alatnya digunakan untuk kepentingan orang banyak, maka perbaikan terhadap beberapa hal ini wajib jadi perhatian utama:

1. Pemeriksaan Kesalahan Nihil

Sayangnya, teknologi Sirekap KPU ini masih lemah terhadap revisi kesalahan input suara. Ahli memprediksikan bahwa pemeriksaan kesalahan sangat nihil karena tidak adanya sistem perbaikan terhadap data yang masuk atau terbaca oleh sistem.

Barangkali tujuan KPU untuk menghindari adanya rekayasa suara, namun pada akhirnya ketidaktepatan Sirekap membaca foto menjadi masalah utama. Angka 1 bisa dibaca menjadi 7, angka 8 bisa dibaca menjadi 3, dan seterusnya.

Polemik ini yang akhirnya menimbulkan masalah dan menuai kegaduhan selama perhitungan suara. Meskipun pada akhirnya ada klarifikasi, namun isu yang berkembang menggiring opini tidak positif di dalam masyarakat.

2. OCR Tidak Akurat

Kekurangan lainnya dari teknologi Sirekap KPU ini adalah OCR atau pengenalan karakter optik tidak akurat sehingga kesalahan teknis kerap terjadi. Bermula dari kesalahan teknis membaca angka pada kertas, berlanjut ke tidak tersedianya fitur edit untuk merevisi jumlah perolehan suara.

OCR sendiri sebenarnya dibuat untuk mengubah data berbentuk gambar menjadi numerik pada sistem. Namun, kenyataannya KPU belum maksimal dalam memanfaatkan fitur ini sehingga tulisan petugas KPPS tidak terbaca dengan baik oleh apk.

Ahli menuturkan bahwa OCR itu ada empat tipe, diantaranya pengenalan karakter optik sederhana, pengenalan karakter optik cerdas, pengenalan kata cerdas, dan pengenalan tanda optik. OCR akan lebih canggih ketika melibatkan AI di dalamnya.

Berbagai kekurangan ini menjadi catatan dan evaluasi bagi KPU untuk perbaikan selanjutnya. Pada 2029 diharapkan teknologi Sirekap KPU tetap bisa difungsikan dan membuat pesta demokrasi jadi lebih efektif.